Jumat, 26 Mei 2017

Strategi Melayani Dalam Komunitas Media Sosial

Apakah anda aktif dalam media sosial? Jika anda merupakan seorang pengguna media social dengan menggunakan aplikasi Twitter, Instagram, Facebook, dan lain-lain, anda pasti tahu betapa ramainya kanal-kanal tersebut setiap harinya. Di Indonesia sesuai dengan hasil survey www.jakpat.net, kanal media sosial yang paling dominan penggunaannya adalah Facebook, Instagram, Twitter, dan Path dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1: Media Sosial Yang Dominan di Indonesia

Berbagai informasi disampaikan oleh anggota komunitas melalu kanal/ platform yang digunakan. Secara prinsip semua informasi yang diposting baik dan berguna, namun ada kalanya terjadi salah interpretasi yang diakibatkan oleh ketelitian pemahaman pesan yang disampaikan.

Memang ada juga anggota komunitas yang sengaja menyampaikan informasi yang belum divalidasi dan langsung posting (tidak sengaja) atau ada yang sengaja. Secara statistik jumlahnya tidak besar namun sering mengganggu kenyaman komunitas.

Gontok-gontokan mungkin bisa terjadi dan sering kita lihat antar anggota komunitas. Dalam media sosial, kejadian itu mungkin bisa disaksikaan oleh seluruh pengguna platform secara terbuka. Sebaiknya hal-hal yang menyangkut privatisasi personal atau perusahaan tidak langsung diposting keranah public. Cukup dibahas dan diselesaikan secara tertutup untuk menghindari salah persepsi dari public tetntunya. Hak privatisasi dalam menggunakan platform IT dan juga terkait dengan media sosial dilindungi sepenuhnya oleh undang-undang NO. 87/HM/KOMINFO/12/2016 tentang UU Revisi ITE ditandatangani Presiden dan Berlaku mulai 25 November 2016.

Di media sosial, jika kita amati kadang lebih banyak orang yang tidak rasional dibanding yang rasional. Kita tidak bisa menyalahkan mereka karena mungkin mereka sedang menghadapi masalah dengan produk yang diperoleh oleh provider atau perusahaan dimana kita bekerja. Akibat masalah produk/ layanan yang timbul, mereka tidak bisa melakukan kegiatan rutin.

Tidak bijak untuk menggunakan media sosial secara terbuka untuk menyelesaikan suatu pertikaian. Interaksi secara terbuka dapat dilakukan pada permulaan saja, setelah itu kita perlu membawa percakapan di media sosial ke arah yang lebih tertutup atau offline untuk menghindari kemungkinan percakapan yang bersifat negatif menjadi viral.
Menjawab setiap pertanyaan dengan kata-kata yang lembut, spesifik, dan tidak tergesa-gesa lebih penting daripada menjawab dengan cepat tetapi tidak tepat. Kita tidak perlu terus menjawab tanpa merujuk kepada dokumen-dokumen yang konkret tentang permasalahan yang dihadapi.

Layanan online otomatis seperti menyediakan knowledge management dapat digunakan. Permasalahan yang timbul pada dasarnya sesorang katakan anggota komunitas tersebut sebagai kastemer maka akan mecari solusi yang dihadapai.

Gambar 2: Sistem Knowledge Management
Jika perusahaan kita dapat menyediakan alat/ tools atau knowledge management mungkin akan sangat membantu. Dengan kata lain knowledge management itu seperti sebuah sistem (gambar 2) yang dapat menampung persoalan dan permasalahan yang sering terjadi. Lalu, buatlah jawaban-jawaban yang tepat, mendalam dan teratur kepada pelanggan yang mengaksesnya agar mereka paham dan masalah mereka akan terjawab dengan sendirinya.

Pengalaman pelanggan harus diutamakan. Apabila pelanggan mendapatkan pengalaman positif saat mereka menggunakan layanan customer service melalui media sosial, secara tidak langsung mereka akan lebih setia pada produk dan layanan yang disediakan perusahaan kita. Bahkan pelanggan tersebut akan turut mempromosikan dan menceritakan kualitas layanan perusahaan kita kepada teman-teman mereka.


Setiap kejadian di media sosial perlu dipantau secara terperinci. Dengan laporan, statistik, dan analisis terhadap aktivitas-aktivitas online. Kita perlu senantiasa melakukan perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang ada berdasarkan tren yang terjadi dalam setiap interaksi pada media sosial. (SB May 2017)

Tidak ada komentar: